Boring Day..
3 tahun usia pernikahan ji hen dan yoon sang, namun belum juga punya anak. “kau ini bagaimana, usia pernikahan sudah 3 tahun tapi kau belum juga memberikanya anak” sindir ibu Yoonsang sambil membereskan makanan kesukaan Yoonsang ke dalam kulkas. “ingat, ini semua untuk anakku, berikan semua ini padanya, mengerti!” tukas ibu yoonsang berasa perintah. Ia pun lalu berjalan menuju mobilnya yang terparkir di depan rumah. ji hen mengikutinya tanpa kata-kata. Ibu yoonsang lalu berdiri di bagasi belakang mobil dan menunjuk sesuatu seolah tau ji hen ada dibelakangnya.
ji hen mendekat sambil manyun. “ini..ambil ini” tukas ibu yoonsang. ji hen mengikuti telunjuk ibu yoonsang menuju ke dalam bagasi. sekardus bungkus jamu. “pastikan kau meminumnya setiap hari” ujar ibu yoonsang sambil menaikan satu alisnya keatas. ji hen mengangkat kardus itu yang beratnya mungkin lebih dari 20 kg. apa isinya ini ia gak yakin ini cuma jamu. jangan-jangan ia menambahkan batu kali atau besi baja di dalemnya. “kenapa wajahmu begitu, tidak suka?” sergah ibu yoonsang masih dengan nada sinis. Ji hen berbalik dan langsung memasang wajah manis. “su-suka bu”. “lalu kenapa wajahmu begitu?”,”itu..itu.. karena aku sakit perut bu iya..”,”apaaa???” seru ibu yoonsang histeris. seketika ji hen langsung menjatuhkan kardus jamu itu ke tanah saking kagetnya. “kau sakit perut?”, ji hen mengangguk. “apa kau merasa mual?”, ji hen mengangguk lagi. “kalau begitu kita harus tes kehamilan sekali lagi!” seru ibu yoonsang yang langsung menarik ji hen masuk ke dalam rumah dan menyeretnya ke toilet. “ayo kau harus tes dengan ini, pastikan kau menggunakannya dengan benar” tukas ibu yoonsang memberikan alat tes pack kehamilan kepadanya dan langsung menutup pintu toilet. ji hen bingung sambil memandangi tes pack di tangannya. kok jadi gini sih, haduuuh kalau ibunya sampai tau aku belum hamil juga dia pasti bakal marah-marah lagi, duuuh gimana niiihh… 10 menit 20 menit 30 menit berlalu. kok gak ada tanda-tanda kehidupan dari luar toilet. ibu yoonsang kemana, Tanya ji hen bingung dalam hati. dengan mengendap-ngendap ia pun beranjak keluar toilet dan melihat keadaan. dilihatnya keluar jendela mobil ibu yoonsang sudah hilang. aneh. “hei, sedang lihat apa?” Tanya suara. ji hen terlonjak kaget dan menoleh. yoonsang. “cari ibu ya?” sergahnya membuat ji hen kaget dan buru-buru mencari sesuatu. “oh enggak, tadi ibumu menitipkan ini, duuuh dimana ya..” tukas ji hen berkeliling rumah. yoonsang mengikutinya. sampailah ji hen seperti menemukan harta karun yang hilang saat ia berhasil menemukan pintu kulkas di dapurnya dengan ekspresi bahagia. “maksudmu ini?” Tanya yoonsang saat ji hen menarik pintu kulkas dan melihat mangkuk itu hilang. ji hen menoleh pada yoonsang yang mengangkat mangkuk tinggi-tinggi. “kenapa kau aneh sekali, tidak seperti biasanya” sahut yoonsang lalu berbalik menuju tempat cuci piring dan meletakan mangkuknya disana. “suamiku..” sapa ji hen dengan nada aneh membuat yoonsang yang membasuh piring nyaris tertawa. Rasanya aneh memanggilnya suamiku meski kita sudah 3 tahun menikah. Apa dia bosan padaku ya? atau aku ini aneh? “kenapa melotot seperti itu? matamu sudah hampir keluar” tukas yoonsang melirik ji hen yang bengong sedari tadi menatapnya. Apa kau tidak merasa bosan? apa kau benar-benar mencintaiku? suamiku? PLUKKK ji hen megap-megap saat sebuah lap basah terlempar menutupi wajahnya. dilihatnya yoonsang berjalan pergi menuju kamar. ji hen pun buru-buru mengikutinya dari belakang. Yoonsang membuka kemejanya. ji hen berdiri di dekat jendela sambil pura-pura melap jendela dengan lap basah ditangannya. Yoonsang kemudian berjalan menuju toilet kamar mereka. BLAMMM.. pintu ditutup. begitu saja?
ji hen mendekat sambil manyun. “ini..ambil ini” tukas ibu yoonsang. ji hen mengikuti telunjuk ibu yoonsang menuju ke dalam bagasi. sekardus bungkus jamu. “pastikan kau meminumnya setiap hari” ujar ibu yoonsang sambil menaikan satu alisnya keatas. ji hen mengangkat kardus itu yang beratnya mungkin lebih dari 20 kg. apa isinya ini ia gak yakin ini cuma jamu. jangan-jangan ia menambahkan batu kali atau besi baja di dalemnya. “kenapa wajahmu begitu, tidak suka?” sergah ibu yoonsang masih dengan nada sinis. Ji hen berbalik dan langsung memasang wajah manis. “su-suka bu”. “lalu kenapa wajahmu begitu?”,”itu..itu.. karena aku sakit perut bu iya..”,”apaaa???” seru ibu yoonsang histeris. seketika ji hen langsung menjatuhkan kardus jamu itu ke tanah saking kagetnya. “kau sakit perut?”, ji hen mengangguk. “apa kau merasa mual?”, ji hen mengangguk lagi. “kalau begitu kita harus tes kehamilan sekali lagi!” seru ibu yoonsang yang langsung menarik ji hen masuk ke dalam rumah dan menyeretnya ke toilet. “ayo kau harus tes dengan ini, pastikan kau menggunakannya dengan benar” tukas ibu yoonsang memberikan alat tes pack kehamilan kepadanya dan langsung menutup pintu toilet. ji hen bingung sambil memandangi tes pack di tangannya. kok jadi gini sih, haduuuh kalau ibunya sampai tau aku belum hamil juga dia pasti bakal marah-marah lagi, duuuh gimana niiihh… 10 menit 20 menit 30 menit berlalu. kok gak ada tanda-tanda kehidupan dari luar toilet. ibu yoonsang kemana, Tanya ji hen bingung dalam hati. dengan mengendap-ngendap ia pun beranjak keluar toilet dan melihat keadaan. dilihatnya keluar jendela mobil ibu yoonsang sudah hilang. aneh. “hei, sedang lihat apa?” Tanya suara. ji hen terlonjak kaget dan menoleh. yoonsang. “cari ibu ya?” sergahnya membuat ji hen kaget dan buru-buru mencari sesuatu. “oh enggak, tadi ibumu menitipkan ini, duuuh dimana ya..” tukas ji hen berkeliling rumah. yoonsang mengikutinya. sampailah ji hen seperti menemukan harta karun yang hilang saat ia berhasil menemukan pintu kulkas di dapurnya dengan ekspresi bahagia. “maksudmu ini?” Tanya yoonsang saat ji hen menarik pintu kulkas dan melihat mangkuk itu hilang. ji hen menoleh pada yoonsang yang mengangkat mangkuk tinggi-tinggi. “kenapa kau aneh sekali, tidak seperti biasanya” sahut yoonsang lalu berbalik menuju tempat cuci piring dan meletakan mangkuknya disana. “suamiku..” sapa ji hen dengan nada aneh membuat yoonsang yang membasuh piring nyaris tertawa. Rasanya aneh memanggilnya suamiku meski kita sudah 3 tahun menikah. Apa dia bosan padaku ya? atau aku ini aneh? “kenapa melotot seperti itu? matamu sudah hampir keluar” tukas yoonsang melirik ji hen yang bengong sedari tadi menatapnya. Apa kau tidak merasa bosan? apa kau benar-benar mencintaiku? suamiku? PLUKKK ji hen megap-megap saat sebuah lap basah terlempar menutupi wajahnya. dilihatnya yoonsang berjalan pergi menuju kamar. ji hen pun buru-buru mengikutinya dari belakang. Yoonsang membuka kemejanya. ji hen berdiri di dekat jendela sambil pura-pura melap jendela dengan lap basah ditangannya. Yoonsang kemudian berjalan menuju toilet kamar mereka. BLAMMM.. pintu ditutup. begitu saja?
KRAKK.. “istriku..”,”yaa suamiku??” sergah ji hen dengan wajah aneh. “handuk, aku lupa tolong ambilkan untukku ya” sahutnya. ji hen tersenyum aneh lalu berjalan mengambil handuk dan kembali sambil menyerahkannya pada yoonsang. “malam ini aku tidak pulang, jangan menungguku, dan kunci semua pintu” sahut yoonsang kembali menutup pintu toilet. BLAAMM.. Apa? dia memanggilku hanya untuk menyuruhku mengambil handuk dan mengatakan itu.
jam menunjukan pukul 01:00 dini hari. langit diluar jendela masih hitam dan tanpa bintang. TING..TONG.. seketika ji hen terbangun. diliriknya jam sudah menunjukkan pukul 09:00 pagi. ia pun segera berdiri. aduuuh telaaat, sebentar buuu aduuuh mana ya celemek? aduuh kemana siiih? TING..TONG.. ji hen terpaku sesaat sadar dari mimpi. diliriknya ranjangnya. kosong. yoonsang tidak pulang. dan ibu tidak disini. ahhh astaga apa dia ada diluar sekarang? ji hen pun segera berlari menuruni tangga dan membuka pintu depan. “ibu yoon..” kata-katanya terhenti saat mendapati orang yang berdiri di depan pintu bukan ibu yoonsang tapi petugas pos. “maaf, ada kiriman untuk tuan Kim” sahutnya sambil menyerahkan rangkaian bunga bertuliskan “SELAMAT ATAS KEBERHASILAN DRAMA BORRING DAY, SUTRADARA CHUNC ZI BESERTA KRU”, ji hen mengambil satu rangkaian bunga yang lebih besar lagi bertuliskan “UNTUK YOON SANG KAMI, KAMI AKAN MENDUKUNG DAN MENCINTAIMU SELALU, FANS”. “nona, tolong tanda tangan disini” tukas petugas pos kemudian dan pergi. ji hen menyeret kedua rangkaian bunga itu masuk. buru-buru ji hen berlari ke kamarnya lagi dan mengambil hapenya di dalam tas. tidak ada jawaban. ji hen segera berlari ke ruang tamu dan menyalakan tv. wajah yoonsang langsung muncul dengan ekspresi bahagia di saluran tv yang baru dinyalakan ji hen. drama terbarunya mendapat rating tinggi. ji hen meraih hapenya lagi. tidak ada balasan. biasanya ia akan bertanya ada apa. kenapa. ya istriku. Artis Kim Yooni dikabarkan berpisah dengan suaminya Park Jung In. Saat ini keduanya belum bisa dimintai konfirmasi karena selalu menghindari media. gosipnya keretakan hubungan mereka disebabkan Park Jung In memiliki kedekatan yang tidak biasa dengan lawan mainnya di acara tv yang baru-baru ini ditayangkan. sementara Kim yooni sendiri sempat tertangkap kamera saat sedang berjalan sore di pinggir pantai pukul 06:00 bersama seorang pria yang diduga adalah actor kita Kim yoonsang. ji hen seketika bengong memandangi saluran tv di depannya tanpa bernafas.
Yoonsang??
apakah ini pertanda yoonsang dan istrinya yang tidak terkenal dan tidak cantik, tidak berkelas dan tidak pintar itu akan segera berpisah. beginilah komentar fans yoonsang menanggapinya
“saya setuju saja, istrinya itu sangat tidak berkelas dan tidak modis, itu seperti main di film adegan aku dan pembantuku” di sambut dengan gelak tawa riuh orang-orang disekitarnya.
“sangat setuju, itu keputusan yangbenar, yoonsang kau sangat serasi dengan yooni-shi, saranghae”,
“??????????????”,
“aku rasa itu yang disebut takdir, cinta pertama adalah segalanya..”,
“yooni-shi sangat cantik dan bersinar, dia sangat cocok dengan yoonsang, mereka pasangan yang serasi sejak awal”,
KREKK..
terdengar pintu dibuka. ji hen menoleh dan benar itu yoonsang. wajahnya tampak sumringah gak jelas dan melengos menuju kamar tanpa kata-kata.
whuih, ini cinta segitiga sama kaki ato kubus?
BalasHapuscinta segi5 kykna hahahhahhhaa.. :D
BalasHapus